Nyetir di Jalan Umum Beda dengan di Perumahan, Perhatikan Hal Ini

Nyetir di Jalan Umum Beda dengan di Perumahan, Perhatikan Hal Ini

Setiap jenis jalan ada aturannya sendiri. Nyetir di kawasan perumahan tentu saja beda dengan di jalan raya. Banyak hal yang harus diperhatikan.

Berbeda dengan jalan umum yang memang masuk kawasan tertib lalu lintas, jalan di pemukiman memiliki aturan berbeda. Memang tak ada pengawasan ketat dari pihak regulator seperti di jalan umum, tak jarang hal ini membuat pengendara jadi ceroboh dan berujung kecelakaan.

Kasus kecelakaan yang baru saja terjadi di komplek perumahan Lippo Karawaci, Tangerang adalah salah satu contohnya. Penabrak jelas-jelas melewati batas kecepatan yang sudah ditetapkan dalam aturan, meski tak bisa dilepaskan juga si pelaku nyetir dalam keadaan mabuk dan sambil main HP.

“Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 kalau pemukiman max 30 km/jam, maksimum lho ya. Jadi 10-20 km/jam idealnya,” kata Instruktur Rifat Drive Labs, Erreza Hardian kepada detikcom, Rabu (1/4/2020).

Reza memaparkan bahaya atau risiko saat berkendara di jalan pemukiman. Ditambah lagi saat ini masyarakat lebih banyak melakukan aktivitas di rumah sebagaimana anjuran pemerintah untuk menjaga jarak.

“Kita analisa potensi bahaya dan risikonya. Bahaya jalan di komplek banyak aktifitas warga, tipe jalan, belokan dan tikungan dengan titik buta (blind spot). Risiko ketika masa di rumah saja jelas lebih tinggi apalagi ada anjuran berjemur di jam tertentu, maka akan mempertinggi risiko,” terangnya.

Untuk pengendara mobil, khususnya yang bertransmisi otomatis, agar dapat mengendalikan kecepatan disarankan posisi tuas transmisi di pilihan 1 atau 2. Menggunakan pilihan transmisi tersebut pedal mobil tak perlu diinjak untuk melaju dengan pelan di jalan pemukiman.

“Maka baiknya ketika matic jangan di D, pilih saja 1 or 2 biarkan mobil jalan tanpa akselerasi gas. Sekalian hitung-hitung mengoptimalkan kondisi mesin yang habis terparkir lama,” timpal Reza.

Berkendara dengan lambat ini akan meminimalisasi risiko kecelakaan. Pejalan kaki pun juga lebih waspada dan memiliki lebih banyak waktu bereaksi jika hal berbaya dirasa akan terjadi.

“Makin melambat, makin lebar areal pandang kita maka semua potensi bahaya tadi ketika berkendara di kompleks akan diminimalkan. Hingga risiko terkecil pula,” tutup Reza.

sumber : detik.com